Minggu, 21 Maret 2010

Seorang Pria II

Hari demi hari tak lama berselang malaikat kecil itu menjelma menjadi sesosok anak yang sangat lincah dan cerdas. Seketika juga karir sang Ayah mulai meningkat.

”Alhamdullilah Ya Allah ... aku Engkau naikkan derajat ku di dunia ini” Ucap syukur sang Ayah

Seiring suksesnya sang Ayah, mereka pun mulai memperbaiki hidup mereka dengan cara pindah kediaman ke daerah di mana Ayah di pindah tugas kan untuk mengelola Restaurant Cabang di Malang.

Sebuah kota kecil yang sangat bersahabat pada waktu itu, membuat keluarga ini semakin harmonis dan merasa lengkap dalam menjalani hidup. Makan sudah sangat tercukupi dab bahkan lebih untuk ukuran mereka. Ihsan tumbuh dengan sehat di tengah – tengah keluarga yang taat agama dan selalu membimbing Ihsan untuk selalu berbuat kebaikan.

”Ayo nak ... ikut Ayah jalan – jalan sama Ibu” ajak Ayah kepada Ihsan

Dengan langkah penuh semangat Ihsan kecil berlari menuju pelukan Ayah nya yang berdiri di samping ibu nya dan bersiap untuk jalan – jalan di sekitar kompledks yang asri pada saat itu. Senang dan bahagia yang di rasa Ihasan waktu itu, dia berpikir sangat pendek waktu itu, bahwa kebahagiaan ini akan terus dia rasakan selamanya. Kau salah nak ....

Beranjak sedikit lebih besar Ihsan kecil, dan kini bersekolah di tingkat sekolah dasar. Tiap pagi Ibu mengantar berangkat sekolah dan menunggu hingga dia selesai sekolah dan begitu setiap harinya. Sementara Ayah bekerja membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Ihsan bersekolah dengan giat hingga dia terus mendapatkan prestasi yang sangat membanggakan orang tuanya. Hadiah demi hadiah di berikan Ayah untuk menghargai kerja keras Ihsan. Ihsan pun sangat senang waktu itu.

Hari berganti hari dan waktu pun terus berjalan seiring Ihsan beranjak remaja. Kini Ihsan duduk di bangku SMP, dan karir Ayah pun terus naik dengan penghasilan yang tak main – main. Dengan semangat Ihsan berangkat sekolah dengan menggunakan angkot.

”Ibu .. Ayah .. aku berangkat sekolah dulu .. Assalamualaikum” ucap Ihsan sambil mencium tangan Ayah dan Ibunya sebelum berangkat sekolah

Langkah semangat dan penuh gembira ada di kaki Ihsan, sementara sang Ayah memulai aktivitas seperti sehari – hari. Sedangkan Ibu .. menjalankan aktivitas nya sebagaimana seorang Ibu rumah tangga biasa. Tanpa rasa mengeluh dan selalu ikhlas mengurus rumah sampai fajar tengelam.

Di kelas Ihsan mulai kegiatan belajarnya sambil sedikit melirik ke seorang gadis yang membuat dia semangat dalam belajar. Di hatinya dia berniat untuk mengenal lebih jauh gadis itu ... rupanya Ihsan kecil kini sudah bisa merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta.
Seusai jam pelajaran kedua, bel istirahat pun berbunyi, semua siswa berhamburan keluar kelas.

”Hai ... siapa nama kamu ?” tanya Ihsan pada gadis itu tanpa basa basi

Ihsan mempunyai sifat to the point pada apapun, karena itu ajaran dari sang Ayah agar selalu berai dan selalu bertanggung jawab atas apa yang ia tanyaka mau pun jawab.
”Rika, kamu siapa ?” jawab gadis itu

”Aku Ihsan, kenalkan” jawab Ihsan sambil menyodorkan tangannya

Hari berganti hari, Ihsan remajapun mulai berani menjalin ikatan cinta monyet dengan Rika. Sessosok anak muda yang di mabuk cinta. Sementara itu di rumah Ibu menangis sendirian tanpa ada yang mengetahuinya. Entah mengapa Ibu menangis?
Pikiran Ibu melayang dengan pikiran yang terus bertanya – tanya.

”Nota pembelian apa ini? Cincin seharga 1 juta ?” Gumam Ibu ketika akan melipat baju Ayah yang sedikit lusuh karena sudah 1 hari dipakai.

Air mata menetes perlahan di pipi halus seorang wanita yang sangat mengabdikan hidupnya kepada keluarganya.

“Assalamualaikum” Teriak Ihsan ketika memasuki rumah

”Walaikum salam nak” jawab Ibu dengan suara berat

Dengan cepat Ibu berusaha menghapus air matanya dan segera menyiapkan makan siang untuk putranya tersayang.

Malam telah larut dan Ayah pun belum pulang kerja untuk kesekian kalinya. Dengan setia Ibu menungu di ruang tamu dengan hati gelisah dan mata yang sembab. Tak lama kemudian suara pintu terbuka perlahan dan Ayah telah pulang. Ibu segera bangkit dan menyambut Ayah dengan hati lega.

Perubahan demi perubahan terjadi pada Ayah, Ayah yang dulu perhatian sama keluarga, kini jarang. Ayah yang dulu hangat kini berubah dingin. Ihsan pun menyadari akan perubahan Ayah dan dia berusaha menanyakan pada Ibu. Ibu pun mengatakan alasan Ayah

”Mungkin Ayah mu sedang banyak pekerjaan saja, makanya dia nggak semat buat main sama kamu nak” Jawab Ibu sedikit berbohong.

Ihsan yang dilanda asmara semakin bersemangat untuk ke sekolah. Hanya denga tujuan untuk ketemu denga Rika sang pujaan hati.

Suatu hari Ayah terlibat pembicaraan serius dengan Ibu di kamar

*bersambung*

4 komentar:

  1. > iq : hehehe .. masih buntu pikiranya ...

    BalasHapus
  2. Kok Sama yah... cma lain cerita ini di dunia nyata...http://lh6.ggpht.com/_RVpTV2JOOxA/S1FULnLi7pI/AAAAAAAABx8/zbPOah3ivGs/kaskuser_t4belajarblogger_05.gif

    BalasHapus
  3. > Juno : hiks .. hiks .. T_T barusan buka komen mu :'(

    BalasHapus

udah baca kan .. ? gimana .. ? ada komentar gak .. ?